Selain puasa sunnah 6 hari di bulan syawal, ada anjuran lain yang kadang terlupakan oleh kaum muslimin, yaitu anjuran untuk menikah. Menikah di bulan syawal adalah sunnah karena terdapat sebuah dalil bahwa rasulullah menikahi ibunda aisya pada bulan syawal.
‘Ibunda Aisyah radiallahu ‘anha istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan,
تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللهِ فِي شَوَّالٍ، وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ، فَأَيُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللهِ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي؟، قَالَ: ((وَكَانَتْ عَائِشَةُ تَسْتَحِبُّ أَنْ تُدْخِلَ نِسَاءَهَا فِي شَوَّالٍ))
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikahiku di bulan Syawal, dan membangun rumah tangga denganku pada bulan syawal pula. Maka isteri-isteri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam yang manakah yang lebih beruntung di sisinya dariku?” (Perawi) berkata, “Aisyah Radiyallahu ‘anhaa dahulu suka menikahkan para wanita di bulan Syawal” (HR. Muslim).
Ibnu Katsir rahimahukkah menjelaskan bahwasanya asbab Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menikahi Asyah radiallahu ‘anha adalah untuk membantah keyakinan orang-orang jahiliyah pada saat itu yang beranggapan bahwasanya menikah pada bulan syawwal akan terjadi kesialan. Namun Rasulullah menjelaskan dengan perbuatannya bahwa hal ini tidaklah benar dan bahkan termasuk ke syirikan kerena menetapkan takdir kepada selain Allah Azza Wa Jalla.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam menjelaskan bahwa anggapan sial pada sesuatu itu termasuk kesyirikan. Beliau Shalallahu ‘alaihi Wassalam bersabda,
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلَّا، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ
“Thiyarah (anggapan sial terhadap sesuatu) adalah kesyirikan. Dan tidak ada seorang pun di antara kita melainkan (pernah melakukannya), hanya saja Allah akan menghilangkannya dengan sikap tawakkal” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 429).
Oleh karena itu menikah pada bulan syawwal termasuk sunnah karena meneladani Rasulullah Shallallahu ‘Slaihi Wasallam.
Wallahu Alam Bishawab